Lahan Basah: Penjaga Bumi yang Terancam

Mengenal Lahan Basah

Lahan basah merupakan ekosistem yang meliputi perairan tawar, pesisir, laut, serta wilayah seperti danau, sungai, rawa, paya, lahan gambut, muara, delta, dataran pasang surut, hutan bakau, terumbu karang, dan akuifer bawah tanah. Pentingnya kawasan ini karena memiliki nilai manfaat yang tinggi seperti penyediaan air bersih, pengendalian banjir, penyerapan karbon, dan habitat bagi keanekaragaman hayati. Di Indonesia sendiri,  luasan lahan basah cukup besar dan  diperkirakan mencapai 30,3 juta ha. 

Hutan mangrove, salah satu sumber penyerap karbon. Sumber foto: Indonesia Wetlands

Sejarah Lahan Basah

Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetlands Day) diperingati setiap tahun pada tanggal 2 Februari untuk mengenang diadopsinya Konvensi Lahan Basah pada tahun 1971 di kota Ramsar, Iran. Majelis Umum PBB secara resmi menetapkan tanggal 2 Februari sebagai Hari Lahan Basah Sedunia pada 30 Agustus 2021. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran global tentang peran penting lahan basah, menyoroti ancaman yang dihadapi oleh lahan basah serta mendorong tindakan kolektif untuk melindungi dan memulihkan lahan basah.

Untuk tahun 2025, Hari Lahan Basah Sedunia mengangkat tema "Protecting wetlands for our common future" atau "Melindungi lahan basah demi masa depan kita bersama"

Tema tahun 2025. Sumber foto: Detik

Tema ini akan menyoroti hubungan erat antara kesejahteraan manusia dan kesehatan lahan basah.

Indonesia pun bergabung menjadi anggota Konvensi Ramsar pada 1991 dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1991 mengenai Ratifikasi Konvensi Ramsar di Indonesia.

Fungsi Lahan Basah

Lahan basah memilki segudang manfaat bagi kehidupan. Berikut ini adalah beberapa fungsi lahan basah:

a. Dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian atau budidaya ikan

b. Dapat mencegah erosi dan abrasi

c. Sebagai sumber cadangan air bersih

d. Dapat mengurangi emisi karbon

e. Sebagai habitat flora dan fauna tertentu

f. Mengendalikan banjir

Ancaman Lahan Basah

Sayangnya, lahan basah mengalami penurunan yang mengkhawatirkan. Sejak 1970, 35% lahan basah di dunia telah hilang, menghilang tiga kali lebih cepat daripada hutan. Dilansir dari Mongabay, saat ini ekosistemn lahan basah telah terancam oleh krisis lingkungan dan diperparah dengan ekosistem gambut dan mangrove yang mengalami degradasi.

Selama kurun waktu dari 2010 hingga 2020, Indonesia sudah kehilangan tutupan mangrove seluas 195.014 ha. Penyebab terjadinya kondisi tersebut, karena ada alih fungsi lahan yang sebagian besar menjadi tambak, lahan pertanian/perkebunan, dan permukiman. Dalam setahun selama periode 2010-2020, tutupan mangrove yang hilang seluas 19.501 ha.

Lahan basah di seluruh dunia menghadapi berbagai ancaman serius yang mengancam keberadaan dan fungsinya. Beberapa ancaman utama terhadap lahan basah adalah perubahan iklim, polusi dan kerusakan lingkungan, hilangnya keanekaragaman hayati, urbanisasi dan pembangungan, fragmentasi pembangunan dan eksploitasi berlebihan.

Ancaman-ancaman ini secara kolektif menempatkan lahan basah di ambang kehancuran, yang akan berdampak langsung pada keanekaragaman hayati serta kehidupan dan mata pencaharian manusia.

Sampah menjadi salah satu ancaman terbesar di hutan mangrove Desa Passo. (Dokumentasi Green Moluccas, 2025)

Apa Yang Harus Dilakukan?

Kenyataan ini membuat kita semakin sedih dan berpikir solusi apa yang seharusnya dapat dilakukan. Salah satu contoh nyata yang dapat kalian lakukan misalnya terlibat dalam aksi bersih di dalam hutan mangrove, menjaga keberlangsungan mangrove serta kehidupan mangrove. Green Moluccas hadir dengan beberapa program, seperti aksi bersih di dalam hutan dan program adopsi mangrove. 

Mencari propagul untuk program adopsi mangrove oleh Green Moluccas (Dokumentasi Green Moluccas, 2025)

Pada 31 Januari yang lalu, Green Moluccas melaksanakan aksi bersih di dalam hutan mangrove. Sampah yang berhasil dikumpulkan selama kurang lebih 2 jam, yakni 77 kg sampah residu, dan 11,04 kg sampah yang bernilai ekonomis yang dapat didaur ulang kembali.

Menyelamatkan mangrove dari sampah plastik (Dokumentasi Green Moluccas, 2025)

Selama ini juga Green Moluccas aktif melakukan program adopsi mangrove yang membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta menjaga lingkungan pesisir, terutama mangrove dari ancaman sampah plastik. Dengan terlibat secara langsung dan berpartisipasi aktif menjaga mangrove, kalian turut berkontribusi untuk keberlangsungan lahan basah di dunia.

Mulai dari diri sendiri,

Mulai dari hal kecil,

Mulai dari sekarang,

Kalau bukan kita, siapa lagi?

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Selamat hari lahan basah sedunia. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *