Selamat hari bumi (atau dalam bahasa Inggris, Earth Day)! Pada tanggal 22 April, orang di seluruh dunia meluangkan waktu untuk menanam pohon, membersihkan lingkungannya dari sampah dan memperlihatkan kepeduliannya terhadap bumi kita ini yang indah. Pasti kalian tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, termasuk keanekaragam hayati tumbuhan. Tapi, kalian sudah tahu belum, ada satu golongan tumbuhan unik yang terdapat di Indonesia dalam jumlah paling banyak dan paling beragam di dunia. Golongan itu adalah tumbuhan mangrove.
Mangrove sebenarnya bukan satu jenis pohon saja, melainkan tumbuhan yang dapat hidup di daerah pasang surut. Tumbuhan “biasa” tidak bisa bertahan di daerah pasang surut tersebut oleh karena banyak faktor gangguan, seperti kurangnya air tawar dan deburan ombak dari laut. Namun, mangrove itu bisa bertahan karena adanya banyak adaptasi khusus. Di Indonesia, sudah tercatat sebanyak 45 jenis mangrove dengan luasan sebesar 3,36 juta hektar, yang membuat negara “Zamrud Khatulistiwa” negara dengan keanekaragam dan luasan mangrove terbesar di dunia. .
Salah satunya yang paling mencolok adalah akar-akar mangrove. Siapa yang tidak mengenal akar tunjang (prop roots) dan akar gantung (aerial roots) dari bakau (Rhizophora apiculata) yang sangat unik. Akar-akar ini membantu pohon mangrove bertahan hidup melalui angin kencang dan ombak besar sekaligus mendapatkan oksigen dari udara. Justru kuatnya akar-akar itu yang melindungi komunitas pesisir dari badai dahsyat dan mencegah erosi garis pantai.
Setiap jenis mangrove punya ciri khasnya yang terlihat dari akar-akar, buah, daun, batang pohon dan lain-lain. Adaptasi-adaptasi tersebut membuat mangrove jadi kokoh sehingga bisa hidup di habitat yang berbeda, dari dataran rendah dekat muara besar (estuary mangrove), seperti di Papua Selatan, sampai pulau-pulau berpasir kecil (atau fringing mangrove), seperti di Maluku. Keren sekali, toh?
Di Green Moluccas, fokusnya bukan ke pengelolaan sampah saja tapi juga mewujudkan cinta terhadap lingkungan melalui memberi edukasi dan merawat lingkungan sekitar di desa Passo. Sebetulnya, hutan mangrove di desa Passo merupakan hutan mangrove paling padat dan lebar di pulau Ambon. Di hutan mangrove Passo ini terdapat beberapa jenis mangrove. Sampai ada hasil mangrove di hutan mangrove Passo yang bisa dimakan, seperti apel mangrove dari perepat (Sonneratia alba), buah api-api (Avicennia alba) yang bisa dijadikan tepung, dan daun jeruju (Acanthus) yang bisa dijadikan teh herbal.
Selain itu, tentu saja hutan mangrove Passo juga merupakan habitat kunci bagi banyak biota Ambon. Ketika saya jalan-jalan di mangrove pada saat airnya surut, saya melihat biawak kecil yang berada di atas akar mangrove, kepiting menggali lubang dan ikan tembakul yang gemar meloncat-loncat di luar air. Sayang sekali, kadang-kadang kehebatan hewan-hewan ini dibayangi sampah plastik yang melimpah. Sampah plastik dibawa arus pasang setelah dibuang dengan sembarangan ke laut atau kali
Kalau penasaran, ayo mampir ke kantor Green Moluccas untuk bermain-main di hutan mangrove. Di sana kalian bisa melihat keseruan hutan mangrove dengan mata sendiri. Jangan takut bau lumpur. Tak kenal maka tak sayang, kan? Semoga masyarakat Passo dapat melestarikan hutan mangrovenya yang berfungsi sebagai pelindung baik untuk manusia maupun biota untuk generasi-generasi yang datang. Happy Earth Day! Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?